Di balik keangkerannya, kawah Gunung Ijen ternyata menyimpan sejuta pesona alam yang mampu melahirkan decak kekaguman
Mengagumkan. Itulah kesan yang acap dirasakan siapa pun yang menyaksikan keindahan panorama Kawah Gunung Ijen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Obyek wisata yang berada di kawasan pegunungan Ijen-Merapi, ujung timur Pulau Jawa, ini memang menawarkan banyak hal. Semakin lama dipandang, kesan ganas yang melekat pada nganga kawah ini berangsur sirna. Bayangan kengerian pada gunung berapi -- yang biasanya mampu melumatkan semua makhluk hidup saat menyemburkan lava panas dari perut bumi -- pun hilang. Kesan menakutkan itu berganti dengan rasa takjub dan decak kagum tiada habisnya.
Kekaguman itu wajar. Kawah yang luasnya sekitar 5.466 hektar ini menyimpan eksotisme kawah gunung berapi. Ketenangan air kawah yang berwarna hijau kebiru-biruan itu mengesankan keanggunan. Pemandangan di sana akan lebih menakjubkan bila dinikmati di pagi hari. Air kawah yang volumenya sekitar 200 juta meter kubik dengan panas mencapai 200 derajat celcius itu memancarkan kemilau hijau keemasan saat sinar mentari menerpa dari balik Gunung Merapi -- saudara kembar Gunung Ijen.
Keindahan itu dijaga oleh dinding kawah yang terdiri dari bebatuan solfatra dan lapili. Kedua bebatuan itu merupakan endapan erupsi yang berwarna hitam legam. Sesekali asap putih tebal menutup permukaan kawah saat angin berhembus dari arah Gunung Merapi. Sekejap kemudian, bau belerang menyengat menyeruak tatkala angin naik dari dasar kawah. Aroma khas itu berasal dari lokasi penambangan batu belerang yang ada di sisi tenggara kawah yang berukuran 1.160 meter x 1.160 meter itu.
Dari sekitar 300 gunung api yang tersebar di kepulauan Indonesia, Ijen yang berada di ketinggian 2.368 dari permukaan laut memang punya keunikkan yang tiada duanya. Selain eksotisme kawah yang menakjubkan, dataran tinggi yang masuk area Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) ini cocok dijadikan tujuan pendakian untuk keluarga. Khususnya, bagi mereka yang gila akan petualangan di alam bebas. Ini didukung dengan fasilitas pendukung seperti jalan menuju lokasi, camping ground, penginapan, serta pondok wisata sudah tersedia cukup memadai.
Pemandangan lain adalah kegiatan penambangan belerang yang dilakukan secara tradisional. Penambangan yang dikelola PT Candi Ngrimbi memanfaatkan erupsi solfatara yang menyembur dari lima kaldera --lubang besar yang ada di sisi tenggara kawah. Tanpa rasa takut dan lelah, ratusan pekerja setiap hari mengangkut belerang berjalan naik-turun merayapi dinding kawah terjal. Mereka mengusung belerang dengan keranjang bambu dari kaldera di dasar kawah menuju ke pos pengumpulan di Tamansari, Banyuwangi. Dengan beban belerang rata-rata 60-80 kg, mereka menyusuri jalan setapak berbatu sejauh sekitar 15 kilometer.
Untuk mencoba nyali, pegunjung pun bisa melongok dari dekat penambangan belerang. Untuk itu cukup mengikuti buruh angkut menuruni dasar kawah. Di sini, pengunjung harus ekstra hati-hati karena jalan setapak itu amat sulit dan berbahaya. Betapa tidak? Selain jalannya sempit dan terjal dengan kemiringan sekitar 45 derajat, di kanan kiri terdapat jurang yang menganga. Hanya pengunjung yang siap fisik, mental, dan tahan sengatan beleranglah yang mampu menaklukan tantangan mendebarkan ini.
Selain eksotisme kawah, kesejukkan alam pegunungan yang masih perawan juga dimiliki Ijen. Di sini, padang savana dan hutan stepa dengan rumput liar setinggi rata-rata satu meter juga bisa kita dapati. Savana dan stepa yang luasnya mencapai 10 ribu hektar itu berada di antara deretan gunung-gunung yang puncaknya berketinggian rata-rata 2.000 meter. Deretan gunung yang membentang dari Banyuwangi hingga Bondowoso ini tampak hijau kebiruan.
Ada belasan gunung di sana. Di antaranya, Gunung Kendeng, Ringgih, Merapi, Ijen, Papak, Widodaren, Pawenan, Rante, Jampit, Raung dan Suket, Kukusan, Deleman, Pendil, Kenteng, Panduan, Anyar, dan Gunung Lingker. Kesemua gunung yang meliputi dataran tinggi seluas 300 km persegi itu menantang siapa pun untuk melakukan pendakian.
Pesona alam pegunungan kian lengkap di bulan Agustus dan September. Di kawasan pegunungan Ijen dan Merapi, pengunjung akan menjumpai bunga edelweiss. Bunga berwarna kuning dan putih itu tumbuh di lereng-lereng pegunungan. Hamparan edelweiss itu bak permadani berhiaskan lautan bunga tatkala sedang mekar.
Untuk menjangkau Kawah Ijen tidaklah sulit. Ada dua rute yang bisa ditempuh, yakni lewat kota Bondowoso (210 km dari Surabaya) atau melewati kota Banyuwangi (sekitar 290 km dari Surabaya). Kedua jalur itu menjanjikan pemandangan alam pegunungan yang sejuk dan asri. Di sepanjang jalan beraspal mulus, hamparan kebun kopi, padang ilalang, dan hutan perdu yang luas menyapa siapa pun yang lewat.
Dari Bondowoso, jarak yang harus ditempuh sejauh 72 kilometer. Kendaraan umum akan siap mengantar pengunjung hingga Desa Sempol (57 km dari Bondowoso). Dari sini perjalanan dilanjutkan menuju Pos Paltuding sejauh 15 km. Rute Sempol-Paltuding ini adalah trek menanjak yang bisa ditempuh dengan kendaraan sewa khusus karena tak ada lagi kendaraan umum.
Pilihan kedua, Ijen ditempuh dari arah timur (Banyuwangi). Jalur ini lebih disukai oleh wisatawan asing yang menyempatkan diri mampir dari Bali. Selain jaraknya lebih dekat (30 km), di sepanjang perjalanan banyak alternatif obyek wisata lain yang bisa dikunjungi. Di antaranya agrowisata kebun kopi Kaliklatak dan wisata budaya Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Lewat jalur ini wisatawan hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan dengan naik truk milik PT Candi Arimbi.
Usai Paltuding, pengunjung harus berjalan kaki melewati hutan cemara dan perdu sejauh empat km sampai ke puncak kawah Ijen. Rute ini juga rute tetap para buruh pengangkut belerang. Kondisi jalan tanah yang selalu basah ini relatif lebar dan dilengkapi dengan pos-pos peristirahatan sementara.
Di sela-sela hutan pinus dan cemara sepanjang jalan dari Pos PHPA Paltuding hingga Pondok Seng, pengunjung bisa menikmati sepuasnya aroma harum bunga edelweiss (Anaphalis Javanica). Dengan seabreg pesona yang dimilikinya, tidak heran jika Ijen sudah menjadi obyek wisata tujuan utama kedua di Jatim setelah Gunung Bromo di Probolinggo. Bahkan saking banyaknya wisatawan yang datang ke Ijen, antara Pemerintah Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi sering bertengkar untuk memperebutkannya. sugiono
------------------------------
Air Terjun Damar Wulan di Lembah Blawan
Sekitar 15 kilometer ke arah barat dari Kawah Ijen terdapat sebuah lembah. Blawan namanya. Blawan merupakan sebuah cekungan besar seluas sekitar 50 hektar. Secara topografis, lembah hijau ini dikelilingi hutan rimba dan hamparan ribuan hektar tanaman kopi milik PTPN XII Kebun Blawan, Kecamatan Sempol, Bondowoso. Meski hanya sebuah lembah, Blawan teramat sayang untuk dilewatkan oleh mereka yang berkunjung ke Kawah Ijen. Ini lantaran di lembah itu terdapat air terjun Damar Wulan dan sumber air panas.
Lokasi air terjun Damar Wulan tidak jauh dari perkampungan penduduk. Hanya 500 meter menyusuri jalanan dari batuan yang ditata rapi. Keindahan air terjun ini sudah dapat dinikmati dari pinggir jalan. Untuk bisa turun ke air terjun, kita harus menyusuri sebuah jembatan gantung. Jembatan yang melintas di atas air kali Blawan ini letaknya hanya 20 meter dari air terjun.
Saat kita melintasi jembatan selebar 1,5 meter ini, pemandangan air terjun akan tampak kian menakjubkan. Air pegunungan yang meluncur ke bawah itu bagaikan anak panah. Dari ketinggian 25 meter, gulungan air itu melesat cepat, susul-menyusul. Beberapa saat berikutnya, hempasan air menghantam bebatuan sebelum mengalir ke dasar sungai di bawahnya.
Suara gemuruh air terjun mengiringi gerakkan tiada henti itu. Suaranya terdengar seperti alunan simphoni. Seolah mengajak Anda untuk menikmati kesegaran dan kesejukkannya. Dan kejernihan airnya pun menggoda Anda terjun dan bermandi-ria. Kalau enggan berkecipak dengan air, bongkahan batu-batu besar yang banyak berserakkan di sekitarnya sangat cocok untuk beristirahat sejenak.
Dari atas bebatuan, Anda dapat menikmati ibu-ibu pekerja perkebunan yang tengah asyik memanen kopi. Gerakan tangan mereka menari-nari lincah di sela-sela dedaunan kopi. Begitu keranjang kopi yang digendongnya penuh, mereka segera melambaikan tangannya ke pekerja lelaki. Para laki-laki ini bertugas membawa kopi ke pos penimbangan di lokasi pabrik yang jauhnya sekitar dua kilometer.
Jangan puas dulu. Sekitar 300 meter dari air terjun Damar Wulan, Anda bisa merasakan kehangatan sumber air panas Blawan. Untuk menjangkau lokasi sumber air panas yang keluar dari perut bumi ini, Anda bisa berjalan kaki menyusuri sungai kecil.
Menurut ahli geologi dari ITB Bandung yang pernah melakukan penelitian beberapa tahun silam, sumber air panas ini berasal dari Kawah Ijen. Ini diketahui dari kandungan belerang dan tingkat keasaman air yang banyak mengandung belerang. Selain bermanfaat menghilangkan berbagai jenis penyakit kulit, konon air panas itu bisa mengobati kelelahan tubuh setelah bekerja seharian di kebun kopi.
Sumber air panas itu ditampung ke dalam kolam yang digunakan untuk berendam oleh penduduk di waktu malam atau pagi dini hari. Sejumlah pengunjung dan warga sekitar pun sering datang sekadar mandi atau berendam air panas. Saat ini, ada lima kolam air panas di Blawan.
Bagi pengunjung yang ingin bermalam, tersedia home stay yang ada di Blawan dan Jampit (tiga kilometer arah barat Blawan). Kedua home stay itu merupakan penginapan khusus bagi pengunjung Kawah Ijen. Sebab, selain kedua home stay yang dikelola oleh PTPN XII itu, tidak ada penginapan lain.
Tapi tidak perlu was-was. Meski fasilitasnya tidak semewah hotel-hotel berbintang, tapi cukup memadai untuk menghilangkan penat dan mengendurkan syaraf. Kelebihan lain, fasilitas air bersihnya diambil langsung dari sumber mata air pegunungan di sekitar home stay. Kesemuanya bisa dinikmati dengan harga sangat murah. Harga paling tinggi Rp 60 ribu perhari.
-----------------------
Bondowoso Tak Cuma Miliki Kawah Ijen
Ada satu ironi yang melekat di tubuh Bondowoso. Kabupaten berpenduduk sekitar 700 jiwa ini kalah pamor dengan Kawah Ijen yang sudah mendunia. Jarang sekali wisatawan asing maupun domestik yang mengetahui Ijen termasuk wilayah Bondowoso. Kebanyakan mengira Ijen masuk Kabupaten Banyuwangi. Ini mengingat secara geografis letaknya lebih dekat ke Banyuwangi.
Padahal, selain Ijen dan Blawan, kabupaten seluas 1.5601 km2 ini juga memiliki segudang potensi wisata menarik lainnya. Di antaranya, air terjun Tancak Kembar di lereng Pegunungan Argopuro, arah barat menuju Surabaya via Besuki-Probolinggo. Air terjun ini belakangan mencuat menyusul terjadinya bencana tanah longsor yang menewaskan 17 orang di Kecamatan Pakem dan Wringin yang berada di kawasan perbukitan Arak-arak.
Secara umum, Bondowoso juga kaya potensi agrowisata. Ini ditopang oleh kondisi geografis wilayahnya -- 70 persen dataran tinggi -- yang diapit tiga pegunungan. Ketiganya adalah Pegunungan Iyang-Argopuro (utara-barat), Ijen-Merapi (timur), dan Pegunungan Raung (selatan). Kondisi itu didukung oleh keberadaan kebun kopi yang luasnya mencapai 64 ribu km2.
Potensi lain adalah home industry tape dan kerajinan kuningan. Kerajinan kuningan yang terpusat di Desa Cindogo dan Jurangsapi, Kecamatan Tapen, sudah dikenal di seantero Jawa Timur. Kualitas hasil olahannya tak kalah dibanding produk kerajinan kuningan dari Juwana, Pati, Jawa Tengah.
Keistimewaannya terletak pada kadar mengkilat dan daya tahan warna kuningnya. Beragam jenis souvenir, peralatan rumah tangga, maupun hiasan interior, dibuat dengan berbagai bentuk unik dan menarik. Saat ini, sekitar 80 perusahaan memproduksi kerajinan dengan nilai tak kurang dari Rp 2,5 miliar setiap tahunnya. Di kedua desa sentra kerajinan kuningan itu, puluhan rumah penduduk di tepi jalan raya antara Bondowoso-Situbondo (12 km arah utara Bondowoso) dijadikan galeri tempat memajang dan menawarkan produk mereka.
Home industry lain yang tak kalah greget-nya adalah usaha pembuatan tape khas Bondowoso. Usaha kecil ini terdapat di 14 dari 17 kecamatan yang ada. Selain menyerap ribuan tenaga kerja, produksi makanan dari bahan baku singkong yang difermentasi ini telah dikenal di berbagai daerah. Pemasarannya telah menyebar di seluruh kota-kota besar di Jawa Timur dan sejumlah kota di Jawa Tengah. Setiap tahun kegiatan produksi tape pun terus mengalami peningkatan dengan kontribusi terhadap perekonomian Bondowoso mencapai hampir 5,01 persen. Naiknya permintaan ini karena Tape Bondowoso bisa disimpan sampai satu bulan.
Tak heran, Bondowoso disebut sebagai Kota Tape. Jadi, Bandung punya peyeum, Bondowoso punya tape. Di Probolinggo ada Kawah Bromo, di Bondowoso ada Kawah Ijen.
sumber : republika.co.id
Menikmati Pesona Alami Kawah Gunung Ijen
Friday, July 27, 2007 |
Posted by
Kota Bondowoso
Labels: Wisata
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
- android (1)
- Berita / News (35)
- Hiburan (8)
- Kuliner (1)
- Profil (2)
- Sejarah / History (5)
- Wisata (15)
1 comments:
Pemandangan yang sangat bagus, Indonesia mempunya berbagai macam keindahan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, seharussnya bangsa Indonesia harus bisa mengembangkan potensi yang ada untuk kesejahteraan rakyatnya, bukanya alam yang indah untuk dirusak yang nantinya akan menimbulkan bencana bagi kita semua dan akhirnya menyensarakan rakyat.
Post a Comment